BEDAH BUKU UPÂCARÂ PÂMRÂTEKÂ LAYON
Ditulis dalam bahasa Bali ditujukan khusus untuk perawatan jenazah sebelum dimakamkan
Dalam rangkaian HUT Tahbisan ke-86 Gereja Katolik Tuka, Paroki Tuka menyelenggarakan Bedah Buku Upâcarâ Pâmrâtekâ Layon. Buku kecil yang sarat makna ini ditulis oleh Bapak I Gusti Bagus Kumara seorang tokoh memerhati dan penggiat inkultulrasi Bali. Kegiatan ini diprakarsai oleh Seksi Liturgi dan mendapat dukungan penuh dari DPP dan DKP Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka.
Buku kecil sarat makna. Ditulis dalam bahasa Bali ditujukan khusus untuk perawatan jenazah sebelum dimakamkan. Terinspirasi dari buku yang dikeluarkan oleh Keuskupan Agung Semarang dan tradisi adat Bali. Buku Upâcarâ Pâmrâtekâ Layon merupakan petunjuk-petunjuk yang dapat dijadikan acuan sesuai dengan kebiasaan masyarakat dalam memberikan penghormatan terakhir kepada mereka yang meninggal, terutama pada saat memandikan jenazah.
Buku “Upâcarâ Pâmrâtekâ Layon” sebagai sebuah buku liturgi yang akan menjadi pegangan bagi umat Katolik, khususnya orang Bali Katolik. Namun buku ini bukan merupakan buku final karena beberapa alasan. Pertama, kewajiban nihil obstat dan imprimatur. Kedua, konteks budaya yang multi tafsir sehingga harus berhadapan dengan ajaran-ajaran gereja yang baku. Ketiga, keterbatasan kompetensi kita dalam memberikan penilaian. Demikian paparan Romo RP Dr. Paskalis Nyoman Widastra, SVD.
Lebih jauh Romo Paskalis memaparkan bahwa perawatan jenazah adalah bagian dari budaya masyarakat yang harus kita hormati dan hargai sambil memaknainya dalam terang iman kita, khususnya melalui Kitab Suci. Tradisi merawat jenazah juga mempunyai nilai sosial dan religius yang patut kita dalami bersama. Namun yang perlu kita perhatikan adalah komunikasi, dialog dan juga kerja sama terutama karena keragaman budaya. Jangan sampai ada praktek perawatan jenazah ini menimbulkan permasalahan baru. Oleh sebab itu belajar bersama dan pemahaman menjadi penting untuk kita semua.
GEREJA KATOLIK TRI TUNGGAL
Save BIG on our church!
Dialog tentang perawatan jenazah yang tertuang dalam buku Upacara Pamrateka Layon berlangsung dengan sangat dinamis. Bapak Gusti Bagus Kumara menerangkan pentingnya merawat jenazah bukan sekadar memandikan seperti orang yang masih hidup namun lebih dari itu mendoakan sang meninggal sehingga jiwanya menjadi pantas menghadap Sang Pencipta. Wujud permohonan kita yang masih berziarah di dunia ini dengan memandikan jenazah secara layak disertai pemanjatan permohonan pengampunan atas dosa yang telah dilakukan baik dengan pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Dengan memohonkan pengampunan atas dosa karena pikiran, perkataan, dan perbuatan dibersihkanlah kepala, bibir, mata, telinga, dada, perut, tangan, dan kaki. Disertai doa dan harapan jiwa saudara kita yang meninggal layak menghadap Allah Bapa. Pengenaan pakaian, penyertaian tasbih rosario, dan juga piranti lainnya hendaknya juga memperhatikan bahwa jiwa saudara kita yang meninggal bukan pergi ke pesta melainkan menghadap (nangkil) kepada Allah Bapa.
Bedah buku yang berlangsung kurang lebih selama tiga jam memberikan gambaran kepada para undangan yang hadir yaitu para pengurus lingkungan, pengurus pemaksan, prodiakon, dan pemerhati budaya Bali. Buku ini dipandang bagus dan tepat untuk menjaga budaya Bali dalam kehidupan umat Katolik Bali khususnya dan umat katolik lainnya. Buku Pâmrâtekâ Layon diterbitkan oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta tahun 2022 dengan pengantar dari RP Dr. Paskalis Nyoman Widastra, SVD dan RP Dr. Raymundus Sudiarsa, SVD. (*ideyoedi)