BERSYUKUR DAN BERHARAP
Refleksi HUT ke-87 Paroki - 14 Februari 2024
Kedua, kita bersyukur bahwa sebagai umat beriman di tengah segala keterbatasan kita sebagai kelompok dan kawanan kecil di Pulau Bali ini kita boleh memperluas tali persaudaraan kita. Karena iman yang sama kita mengenal saudara-saudara kita yang datang dari berbagai macam pelosok tanah air, timur dan barat sehingga kita pun diajak berpikiran luas tentang tali kehidupan kita sebagai umat beriman. Mereka semua adalah saudara-i kita yang tentunya merupakan bagian dari anggota Tubuh Mistik Kristus. Dalam Ekaristi kita makan dari roti yang satu dan juga minum dari piala yang sama. Kita selalu dipanggil untuk mewujudkan persaudaraan ini sesuai dengan nilai-nilai Injil yang kita hayati.
Yesus sendiri ketika berkarya di tanah Palestina selalu menyertakan orang lain dan juga membuka diri terhadap semua orang. Orang kecil disapa-Nya dan orang sakit disembuhkan-Nya. Bagi Yesus mereka semua adalah saudara sebagai anak-anak Abraham (bdk. Lukas 19: 9). Demikian juga orang berdosa dirangkulnya karena bagi Yesus mereka adalah orang sakit yang perlu mendapat tabib (Matius 9:12). Juga untuk orang non Yahudi disapa dan dijadikan contoh iman sebagai orang yang tahu berterima kasih dan yang percaya akan kuasa yang dimiliki-Nya (bdk. Lukas 17: 11-19; Markus 7: 24-30) . Yesus bahkan membuka pandora yang selama ini terselubung oleh aturan yang melarang orang Yahudi bergaul dengan orang Samaria (bdk Yohanes 4: 1-42).
Ketiga, kita bersyukur atas lingkungan dan situasi di mana kita berada. Tanah Bali adalah tanah kita bersama. Kita tidak perlu berkecil hati karena merasa diri sebagai orang asing entah karena alasan sosial, agama, budaya atau politik. Kita adalah bagian dari tanah dan bumi yang lebih luas yakni Indonesia yang kita cintai. Semua adalah milik kita bersama yang menyadarkan kita akan tugas dan tanggung jawab kita bersama untuk melindungi dan menjaga keamanan dan kenyamanan bersama. Orang Katolik dalam keberagamannya mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat Bali. Untuk itulah kita selalu berdoa untuk kepentingan kita bersama.
Kita bersyukur bahwa kita ada di Pulau Dewata (Bali) ini yang juga menantang kita sekalian untuk peduli terhadap kehidupan rohani. Masyarakat Bali adalah masyarakat religius yang melihat kehadiran Tuhan di mana-mana dan selalu mengucap syukur atas limpah berkat Tuhan yang mereka rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka berupaya menjaga kelestarian Bali dengan melindungi dan memelihara segenap alam lingkungan, baik yang ada di udara, laut, gunung, danau, hutan dan juga di alam semesta ini. Kehidupan religius ini tentu saja seirama dengan kehidupan kita sebagai orang Kristiani yang juga harus memuji dan memuliakan Tuhan setiap saat tentu dengan cara kita, khususnya melalui perayaan Ekaristi yang kita laksanakan.
Masyarakat mengajarkan kita untuk peduli terhadap alam lingkungan yang kita pahami sebagai tanggung jawab kita bersama dalam menjaga kelestarian alam. Namun lebih daripada itu, alam lingkungan adalah bagian dari kehidupan kita sebagai hubungan antara makrokosmos (alam) dan mikrokosmos (manusia). Alam lingkungan kita juga adalah saudara-saudara kita semua. Mereka hadir bersama kita sebagai orang-orang yang bisa memberikan aura positif bagi kehidupan kita ketika mereka memberikan inspirasi dan contoh hidup yang baik. Kita bersyukur atas para pendahulu kita yang telah menanamkan iman. Kita juga bersyukur kepada orang tua, para guru, sahabat kenalan dan juga kepada orang-orang yang mungkin juga mendatangkan banyak masalah untuk kehidupan kita. Dari mereka semua kita dibangun dan dibentuk untuk menjadi pribadi-pribadi yang kuat.
Pengantar
Menjelang perayaan HUT paroki kita, saya diminta memberikan sedikit refleksi untuk perjalanan paroki kita yang pada tahun ini (2024) memasuki usianya yang ke-87. Perjalanan yang cukup panjang untuk sebuah lembaga. Namun kita tahu bahwa paroki sebagai sebuah gereja harus berlangsung terus karena kita meyakini, bahwa Tuhan dalam Roh-Nya hadir dan menyertai perjalanan kita. Apa yang saya sampaikan dalam refleksi ini semoga menjadi bahan permenungan kita bersama untuk masa depan yang lebih baik.
Syukur Kita
Pertama-tama, marilah kita panjatkan syukur kepada Allah Bapa kita di surga. Oleh rahmat dan kebaikan-Nya kita semua bisa berkumpul dan bersatu sebagai umat beriman. Iman ini kita hayati dalam Kristus Yesus yang telah diperkenalkan oleh para rasul melalui para penyaksi iman, khususnya dalam diri para misionaris dan para perintis awal gereja kita. Kita bersyukur bahwa dalam iman ini kita bersatu sebagai umat sekalipun kita berasal dari berbagai macam suku dan juga latar belakang pendidikan, ekonomi, status dan juga keluarga yang berbeda. Oleh kemurahan-Nya lah kita boleh bersama-sama menghayati iman kita dalam Kristus.
Iman yang diperkenalkan kepada kita adalah iman akan Tuhan Allah sebagai pencipta langit dan bumi dengan segala isinya baik yang ada di laut, darat maupun udara. Ia ada sebelum adanya waktu dan tetap ada sampai saat ini. Allah yang Maha mulia dan Maha luhur ini telah berulang kali kita daras dan kita ucapkan dalam credo atau syahadat kita. Pada bagian awal dan akhir dari syahadat kita dinyatakan demikian: “Aku percaya akan Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi dan akan Yesus Kristus, Putra-Nya yang Tunggal, Tuhan kita..... Aku percaya akan Roh Kudus...”. Iman inilah yang kita daraskan baik secara pribadi maupun secara bersama-sama sebagai umat beriman di seluruh dunia.
Oleh iman inilah kita merayakan ibadat kita khususnya melalui perayaan Ekaristi yang kita rayakan setiap hari. Kita bersyukur bahwa dalam Yesus Kristus kita mengenal Allah sebagai Bapa yang merangkul semua anak-anak-Nya dari mana pun mereka berasal. Kita bersyukur oleh Roh Kudus kita mempunyai semangat yang sama untuk mewartakan Injil Tuhan dan selalu hidup dalam cinta kasih-Nya. Kita bersyukur bahwa paroki kita juga bernaung di bawah nama Allah Tritunggal Mahakudus yang mengingatkan kita akan pokok iman kita dan sekaligus juga mengundang kita untuk hidup dalam cinta kasih-Nya.
GEREJA KATOLIK TRI TUNGGAL
Save BIG on our church!
Harapan Kita
Selain bersyukur tentunya kita mempunyai harapan-harapan. Gereja dalam Sinode V yang diselenggarakan di Gereja Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Nusa Dua (27 November - 1 Desember 2023) dan yang juga menjadi doa kita sepanjang tahun (2023) mengajak kita untuk memperdalam kehidupan kita sebagai gereja sinodal yang berjalan bersama dengan memperhatikan persatuan, partisipasi dan juga misi kita. Secara khusus Sinode dalam beberapa butir misinya mengajak kita memberikan perhatian terhadap: masalah kepemimpinan, identitas, partisipasi kita, militansi kita, kesaksian, budaya, anak-anak, orang muda, para lansia, pendidikan, ekonomi umat dan lingkungan hidup. Semua keprihatinan tentu berkaitan dengan kehidupan kita sebagai anggota gereja dalam hubungan dengan Tuhan, sesama dan lingkungan.
Pertama, dalam hubungan kita dengan Tuhan, yakni tempat ibadat kita. Kita bersyukur bahwa kita mempunyai tempat ibadat yang mempersatukan kita walaupun kita mempunyai kerinduan yang dalam untuk memiliki tempat yang menjamin ibadat kita bisa terlaksana dengan lebih baik, terutama karena kebisingan yang kita rasakan bersama. Namun harapan kita sampai saat ini belum bisa diwujudkan. Ada sejumlah kendala yang kita hadapi mengingat lahan yang kita siapkan masih terkendala oleh aturan pemerintah berkaitan dengan zona hijau. Kita segera ingin mewujudkan harapan ini, namun semuanya ini tergantung dari keyakinan dan keberanian kita untuk mewujudkannya.
Kedua, dalam hubungan kita dengan sesama, baik ke dalam maupun ke luar. Ke dalam kita anggap tidak ada persoalan karena semua sudah diatur dalam tatanan yang rapi baik melalui KBG maupun 11 lingkungan yang kita miliki. Ke depan kita ingin memekarkan lingkungan, khususnya untuk lingkungan besar, seperti Lingkungan Maria Asumpta Buduk. Kita meyakini bahwa KBG dan Lingkungan adalah tempat kita bersosialisasi dan juga tempat kita memperdalam dan memperkuat iman dan persaudaraan kita utamanya melalui doa-doa dan pendalaman Kitab Suci. Namun kita juga mengalami keprihatinan dalam hubungan kita dengan masyarakat sekitar yang belum maksimal dapat kita lakukan, utamanya melalui tokoh-tokoh agama dan masyarakat yang ada di sekitar kita.
Ketiga, dalam hubungan kita dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan di sini adalah lingkungan hidup kita, alam raya dengan segala isinya. Kita mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap lingkungan kita di mana kita harus menjaga dan melestarikannya dalam semangat tat twam asi dan menjadikan alam semesta sebagai bagian dari diri kita. Paus Fransiskus menyebutnya sebagai rumah kita bersama yang saat ini sedang tersakiti. Kita pertama-tama ingin meyakinkan diri kita bahwa dalam lingkungan gereja, kita bisa menjaga kerapian, kebersihan lingkungan sebagai milik kita bersama. Semua ini tentu membutuhkan kerja sama dan partisipasi kita. Bila perlu kita harus bergandengan tangan dengan saudara-saudara di luar komunitas kita.
Penutup
Selamat dan proficiat untuk paroki kita yang pada tanggal 14 Februari ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke 87. Terima kasih untuk segala pengalaman suka duka yang telah kita alami bersama. Kita tertantang untuk mewujudkan rencana besar kita yakni memiliki bangunan sebagai rumah ibadat yang representatif, indah dan kokoh yang sekaligus juga menggambarkan kehidupan kita sebagai umat beriman yang rukun dan bersatu padu. Marilah kita tetap terus berdoa dan saling mendoakan tanpa lupa bersyukur atas kehadiran dari saudara-saudari kita sebagai teman seperjalanan dalam gereja sinodal. Semoga pada waktunya kita bisa mewujudkan mimpi kita memiliki gereja yang indah untuk kemuliaan nama Tuhan. Tuhan memberkati kita semua. Amin.